Selasa, 17 November 2009

Apa yang dimaksud dengan “anak indigo?”

Indigo adalah istilah yang diberikan kepada anak yang menunjukkan perilaku lebih dewasa dibandingkan usianya dan memiliki kemampuan intuisi yang sangat tinggi. Biasanya mereka tidak mau diperlakukan sebagai anak-anak. Secara harfiah, indigo adalah nama warna antara biru dan ungu, yang kerap pula disebut nila.

Wendy Chapman, dalam tulisan Rossini, menjelaskan bahwa anak indigo adalah anak-anak yang umumnya tidak mudah diatur oleh kekuasaan, tidak mudah berkompromi, emosional dan beberapa diantaranya memiliki tubuh rentan, sangat berbakat atau berkemampuan akademis baik, dan mempunyai kemampuan metafisis. Sering dianggap anak ADD, walaupun mudah bersikap empati dan iba terhadap orang lain, atau terlihat sangat dingin dan tak berperasaan, dan memiliki kebijakan melebihi usianya. Apakah hal-hal tersebut seperti anda sendiri atau anak anda?

Kapan istilah “anak indigo” ditemukan?

Istilah anak indigo diketemukan oleh Nancy Ann Torp, seorang konselor, pada tahun 1970 an. Dia meneliti warna aura manusia dan menghubungkannya dengan kepribadian. Mereka yang memiliki aura nila atau indigo ini ternyata anak-anak yang dianugerahi kelebihan, khususnya kemampuan indera keenam.

Menurut Ustaz KH Abid Marzuki Lc., yang dikutip Pikiran Rakyat, dalam diskusi di The 6th Ramadhan Informal Study on Education Psychology, yang diadakan di Islamic Center, Bekasi, menyatakan bahwa “anak-anak indigo memiliki kesadaran lebih tinggi daripada kebanyakan orang mengenai siapa diri mereka dan tujuan hidup mereka sehingga memerlukan perlakuan khusus. Tapi sayang, banyak masyarakat belum tahu bagaimana mengelola dan memperlakukan kelebihan anak indigo. Akibatnya kemampuan indera keenam anak indigo sering disalah gunakan dengan menggiring anak menjadi paranormal. Padahal kelebihan yang diberikan Allah kepada anak indigo, adalah karomah dan maunah, ” ujar alumnus Universitas Malaysia ini.

Apakah anak anda indigo?

Untuk mengetahui apakah anak anda atau anda sendiri indigo, jawablah pertanyaan berikut:

1) Apakah anak anda sering bersikap seperti bangsawan? ,

2) Apakah anak anda memiliki perasaan pantas diterima?,

3) Apakah anak anda mempunyai perasaan bahwa dirinya dapat dimengerti? ,

4) Apakah anak anda sulit menghadapi disiplin dan kekuasaan? ,

5) Apakah anak anda menolak untuk mengerjakan hal-hal pasti yang diminta untuk dikerjakan? ,

6) Apakah kegiatan antri tak disukai anak anda?,

7) Apakah anak anda tidak menyukai sistem yang berorientasi ritual/mekanikal dan sedikit memerlukan kreatifitas? ,

8) Apakah anak anda sering dapat mengetahui cara-cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu, baik di rumah atau di sekolah? ,

9) Apakah anak anda tidak mudah kompromi? ,

10) Apakah anak anda tidak merespon/takut pada ancaman? ,

11) Apakah anak anda mudah bosan terhadap pekerjaan yang ditugaskan ,

12) Apakah anak anda terlihat mempunyai gejala ADD? ,

13) Apakah anak anda kreatif? ,

14) Apakah anak anda terlihat mempunyai intuisi yang tajam? ,

15) Apakah anak anda mempunyai sikap empati yang menonjol terhadap orang lain? , 16)Apakah anak anda mempunyai pemikiran yang abstract? ,

17) Apakah anak anda cerdas? ,

18)Apakah anak anda sangat berbakat (yang diidentifikasi sebagai karunia)? ,

19)Apakah anak anda terlihat sebagai pengkhayal? ,

20) Apakah mata anak anda terlihat memancarkan mata orang dewasa, bijak dan dalam? . 21) Apakah anak anda mempunyai kecerdasan spiritual?



Jika anda mempunyai 10 jawaban “Ya”, maka anak anda kemungkinan adalah indigo. Jika jawaban “Ya” lebih dari 15, maka anak anda dipastikan sebagai anak indigo.

Indigo memang berbeda, tapi bukan “tidak normal”

Menurut psikiater Tubagus Erwin Kusuma, dalam lipuatn6.com, fisik anak-anak indigo tak jauh berbeda dengan anak lainnya. Hanya batinnya saja yang condong lebih dewasa. Anak-anak indigo sering memperlihatkan sifat orang dewasa, sangat cerdas, dan memiliki indera keenam yang sangat tajam. Anak indigo pada umumnya tidak menginginkan diperlakukan sebagai anak-anak. Tidak jarang mereka sering memberi nasehat pada orangtua masing-masing.

Tubagus menambahkan, indigo bukanlah penyakit atau kelainan jiwa. Kendati demikian, ada yang menganggap fenomena indigo sebagai kelainan jiwa. Akibatnya penanganannya seringkali salah, yang akan berdampak pada penderitaan sang anak. “Kalau bisa, konsultasi untuk menghadapi anak-anak indigo,” Tubagus menambahkan.

Pernyataan Tubagus diamini Rossini, indigo dewasa yang sekaligus pembimbing anak-anak indigo. “Ketika di masa anak-anak pemahaman spiritual sudah matang tapi belum diikuti penalaran”, kata Rossini. Menurut Rossini, tugas orangtua dewasa untuk membimbing anak-anak itu agar penalaran dan spiritualnya seimbang.

Tips untuk mendidik anak indigo

Wendy Chapman, memberikan 10 tips untuk mendidik anak-anak indigo, sebagai berikut:

Perlakukan mereka dengan penuh penghargaan. Jika anda tidak menunjukkan penghargaan kepada mereka, mereka juga akan demikian, walaupun anda mempunyai otoritas atau kekuasaan.

Dengarkan pendapat mereka. Mereka perlu tahu bahwa anda peduli dan mengenali sistem nilai mereka.

Kembangkan kemampuan mereka.. Beri mereka pilihan, seperti misalnya tipe produk yang akan dipelajari, apa perintah untuk pekerjaan yang harus dilakukan, pilihan antara dua kegiatan. Memiliki suara yang didengar membuat rasa yang berbeda atas penghargaan diri, biasanya akan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam pilihan yang sudah mereka buat dan konsekuensinya akan memperbaiki sikap mereka terhadap anda dan terhadap pendidikan.

Bangunlah sikap koperatif dan hindari memberi perintah. Anak indigo tidak akan peduli terhadap hal-hal yang dimaksudkan untuk mengontrol mereka. Merka akan peduli terhadap perlakuan yang bersifat adil dan baik.

Bantu mereka melakukan hal yang berbeda. Jika mereka frustasi, misalnya pekerjaan sekolah, sehingga mereka merasa sendiri di dunia, bantulah mendorong mereka untuk berbuat sesuatu yang positif untuk merubahnya. Seperti menulis surat, karya tulis, puisi, membuat poster, T shirt, mengorganisasi kelompok diskusi.

Bantu mereka membangun bakat dan kemampuannya. Dorong mereka untuk kreatif dan berani mengekspresikan kepribadian merka yang unik.

Bersikap toleran terhadap emosinya yang ekstrim. Bantu mereka membuat keseimbangan menggunakan aromaterapi, ijinkan mereka minum air putih di kelas, bersikap tenang, atau latihan visualisasi.

Dorong mereka untuk menjadi sumber kedamaian bagi orang lain. Indigo dilahirkan untuk menjadi sumber kedamaian. Dorong mereka untuk melatihnya. Hal ini akan membangun komunikasi dan welas asih. Jadilah pembimbingnya dalam hal ini.

Jelaskan MENGAPA untuk semua hal. Mengapa ada aturan, mengapa mereka perlu untuk mengerjakan pekerjaan rumah/sekolah. Mengapa dunia seperti ini? Jika anda tidak mempunyai jawabannya, pahami rasa frustasi mereka dan tunjukkan sikap empati.

Kurangi obat-obatan untuk ADD. Indigo bukan ADD, tapi indigo secara alamiah memberikan perhatian pada sesuatu secara selektif. Jika mereka dapat fokus pada sesuatu yang mereka pilih untuk jangka waktu yang lama,kemungkinan anak ini indigo, bukan ADD. Walaupun nampaknya ada masalah pada perhatian, carilah alternatif terapi, bukan dengan Ritalin, jangan menekan kreatifitas alamiah dan kepemimpinan indigo, tetapi bantulah untuk mengorganisir.

Sebagai orangtua, anda juga harus membuat anak indigo disiplin, dan membuat mereka belajar tentang perilaku yang bisa diterima atau tidak. Dan belajar untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak bisa diterima. Bersikaplah adil, dan berikan batas toleransi yang pantas. Katakan yang sesungguhnya sesuai dengan umurnya, dan jangan bohong karena mereka akan tahu. Katakan bahwa dia dicintai dan peluk sebanyak mungkin.

Indigo juga eksploratif dan banyak energi. Akan sangat menolong jika orangtua membantu menyalurkan energi pada sesuatu yang menyenangkan, produktif dan tidak berbahaya.

Apakah anak-anak indigo bisa menjadi orang yang sukses? Pengalaman membuktikan, bahwa banyak anak indigo yang jika penanganannya benar, menjadi orang yang sukses, bisa lulus dari universitas, ada yang menjadi psikolog, psikiater, bahkan pemusik andal. Jadi, coba teliti apakah di keluarga ada yang indigo? Jangan kawatir, jika anda memahami mereka serta dapat mengelola dengan baik, maka anak indigo adalah anak yang menyenangkan, dan tingkat kesuksesan nya di masyarakat tinggi.

Dikutip dari kamisetembang@yahoogroups.com mdiposting oleh Budi Susilo

Senin, 16 November 2009

Lingkar Kepala Tentukan Volume Otak

Rabu, 1 Maret, 2006 oleh: gklinis
Lingkar Kepala Tentukan Volume Otak
Gizi.net - Cermati Perkembangan Anak
Lingkar Kepala Tentukan Volume Otak
Penyembuhan gangguan otak atau syaraf sangat tergantung kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi.


Awalnya, Yuni (29 tahun) tidak merasakan adanya masalah pada putrinya yang baru berusia satu bulan. Namun menurut dokter anak, perkembangan lingkar kepala putrinya terhitung lebih besar dari standar yang seharusnya. Jelas, ada kelainan.

''Aduh, rasanya sedih banget'' kisah Yuni, mengenai putri pertamanya itu. Mengapa lingkar kepala amat penting dalam tingkat perkembangan anak? Pasalnya, lingkar kepala seorang bayi mencerminkan besarnya volume otak yang ada di dalamnya. Lingkar kepala tersebut berkembang seiring dengan pertambahan usia anak. Apabila lingkar kepala anak dalam usia tertentu kurang dari nilai yang normal, kemungkinan volume otaknya kurang dari cukup. Berbagai penelitian menunjukkan adanya kaitan antara besar-kecilnya otak dengan tingkat kecerdasan anak.

Volume otak dalam kepala hanya salah satu hal yang menentukan tingkat kecerdasan anak kelak. Setelah lahir, tingkat kecerdasan itu terus dibentuk selama dua hingga tiga tahun pertama kehidupannya. Inilah masa-masa keemasan seorang anak. Setelah tiga tahun, perkembangan otak relatif sudah tidak pesat lagi. Ini berarti, tidak banyak waktu untuk membantu mencerdaskan anak dan otak tidak bisa menunggu.

Kepala Sub Bagian Neurology Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp A (K) mengungkapkan, otak janin sebenarnya sudah terbentuk dalam kandungan. Karena itu, semasa hamil orang tua perlu hati-hati dengan tidak mengkonsumsi obat sembarangan. Salah mengkonsumsi obat dapat berpengaruh pada janin yang di dalam kandungannya.

Sejak kehamilan dua sampai tiga bulan, sel saraf otak sudah berkembang. Perkembangan selanjutnya, terjadi pengaturan berbagai struktur otak sampai nyaris sempurna menjelang kelahiran. Saat anak lahir, berat otak sudah mencapai 50 persen dari dewasa dan ukuran lingkar kepala adalah 32 sampai 36 cm. Setelah lahir, beberapa bagian otak masih berkembang yaitu hubungan antar sel syaraf yang disebut sebagai sinaps dan pembungkus serabut saraf yang disebut sebagai myelin.

`'Yang harus diingat dari sinaps dan myelin ini adalah use it or loose it,'' tegas ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu pada simposium dan workshop ''Pediatric Neurologist and Neuroemergency in Daily Practice'' di Jakarta, beberapa waktu lalu. Mengapa? Karena sinaps berkembang pesat hanya dalam ukuran jam setelah lahir. Perkembangan ini sangat berperan dalam kemampuan penglihatan, bicara, dan kepandaian anak.

Bila digunakan, sinaps akan semakin berkembang baik membentuk jalinan syaraf yang sangat luas dan anak makin cerdas. Bila tidak digunakan maka sinaps akan menghilang. Perkembangan sinaps ini sangat tergantung dengan nutrisi dan stimulasi. Sedangkan myelin tidak tergantung stimulasi, tetapi tergantung nutrisi yang baik dan lengkap.

Berbagai literatur menyebutkan, anak dilahirkan dengan sekitar 10 miliar neuron (sel syaraf) di otaknya. Tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode di mana miliaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel syaraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antar-neuron yang disebut dendrite yang mirip sarang laba-laba, dan axon yang berbentuk memanjang. Otak anak punya kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antar-neuron. Hanya saja, kemampuan itu berhenti pada umur 10 - 11 tahun jika tidak dikembangkan.

Faktor lain yang tak kalah pentingnya untuk meningkatkan kecerdasan anak adalah simulasi dan rangsangan, serta nutrisi yang diberikan di masa-masa tersebut. Semakin banyak simulasi yang diberikan, semakin kompleks jaringan syaraf yang terbentuk. Pembentukan syaraf-syaraf itu, pada akhirnya, menentukan tingkat kecerdasan anak. Kemampuan dan kecerdasan anak perlu dipelihara dan dipupuk agar tumbuh dengan baik. Kalau lingkungan tidak memberikan pemeliharaan dan perlindungan terhadap rangsangan yang berlebihan, maka potensi serta kemampuan-kemampuan tertentu tidak dapat terwujud.

Deteksi sejak dini Syaraf anak seyogyanya tidak bisa terganggu. Bila seorang anak mengalami gangguan syaraf atau otak, kata Hardiono, penyembuhannya sangat tergantung kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi. `'Makin dini makin baik,'' tutur ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu pada simposium dan workshop ''Pediatric Neurologist and Neuroemergency in Daily Practice'' di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Departemen Kesehatan Anak FKUI menemukan bahwa dalam praktik sehari-hari, masih banyak kejadian yang merugikan pada anak-anak. Sebanyak 16 persen di antara anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan dan syaraf yang ringan sampai berat. Gangguan tersebut bervariasi, seperti motorik kasar, motorik halus, hingga gangguan bicara.

Bahkan, masih ditemui banyak bayi yang lahir akibat gangguan kehamilan atau proses kehamilan, misalnya mengalami kejang, infeksi, atau benturan selama masa bayi. Kasus-kasus seperti ini harus ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan kecacatan. Salah satu kondisi berat adalah apa yang disebut cerebral palsy. Kondisi ini terjadi pada 2 per 1000 bayi.

Sedangkan bayi yang mengalami gangguan perkembangan motorik ringan masih lebih banyak. Belum lagi tiga sampai enam per 1000 bayi mengalami gangguan pendengaran. Ini harus segera ditangani, sebab bila terlambat bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Bukti lain menyebutkan bahwa satu dari 100 anak-anak mempunyai kecerdasan kurang dan autisme terjadi pada satu hingga 10 dari 10.000 anak. Gangguan-gangguan pendengaran, autisme, dan keterlambatan mental akan menyebabkan keterlambatan bicara. Hadiono mengatakan, kita sering melihat bayi dengan kepala sangat besar membutuhkan pertolongan.

`'Sebenarnya, itu sudah terlambat. Padahal mendeteksinya mudah saja, hanya dengan mengukur lingkar kepala,'' tuturnya. Karena itu, orang tua dianjurkan mengukur lingkar kepala anak setiap memeriksakan ke dokter. Jadi, bukan hanya memeriksakan berat badan dan tinggi badan, seperti yang kerap dilakukan selama ini.

Memang, hingga kini jumlah ahli syaraf anak di Indonesia yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut masih sangat sedikit. Jumlahnya sekitar 60 orang, jauh dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang yang memiliki sekitar 3.300 ahli syaraf anak. Kepala Bagian Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dr Arwin AP Akib, Sp.A (K) pun mengakuinya. Namun dia menegaskan, `'Tidak ada jalan lain, pengetahuan dan keterampilan syaraf anak harus disebarluaskan kepada dokter-dokter lain mengingat tuntutan semakin berkembang.''
Sumber :http://www.republika.co.id

Selasa, 03 November 2009

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Posted on May 20, 2009 by dokteryuliana

oleh: dr. Yuliana

Anak saya kok rasanya kurus sekali ya, jangan-jangan kekurangan gizi? Atau anak saya kok masih belum bisa mengangkat kepala? Lho, anaknya bu santi sudah bisa berjalan, anak saya merangkak saja belum.. Normal tidak sih??? Seringkali pertanyaan-pertanyaan itu yang muncul seiring dengan tumbuh kembang anak, oleh karena itu dalam artikel di bawah ini akan dibahas secara singkat mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dalam tahun-tahun pertama kehidupannya.

Definisi pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.

Perkembangan (development) ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Dimana keduanya berjalan secara berkesinambungan dalam tubuh manusia. Terdapat dua faktor utama yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak

Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial adekuat.

Parameter ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan kulit, lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi tubuh/perawakan, dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan memplot hasil pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya NCHS, Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra uterin) hingga remaja.

Sedangan penilaian perkembangan anak pada fase awal umumnya dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara, bahasa dan pendengaran serta sosial emosi dan perilaku. Salah satu alat untuk skrining yang dipakai secara internasional, yaitu DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada 4 ranah perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive, language, dan gross motor untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.

KMS (Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mengukur saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard, dimana 50 persentil baku Harvard dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991 merekomendasikan untuk menggunakan baku NCHS untuk menggantikan baku Harvard yang secara internasional mulai berkurang penggunaannya.

Berikut rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan normal pada bayi dan anak:
Berat Badan (Kilogram)
Lahir 3,25
3-12 bulan Usia (bulan) + 9

2

1-6 tahun Usia (tahun) x 2 + 8
7-12 tahun Usia (tahun) x 7 – 5

2

Tinggi Badan (Centimeter)
Lahir 50
1 tahun 75
2-12 tahun Usia (tahun) x 6 + 77

Beberapa ukuran yang perlu diketahui sebagai patokan:

Berat badan (BB)

Rata-rata lahir normal 3.000-3.500 gr

Umur 5 bulan 2x berat badan lahir

Umur 1 tahun 3x berat badan lahir

Umur 2 tahun 4x berat badan lahir

Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:

- 700-1000 gram/bulan pada triwulan I

- 500-600 gram/bulan pada triwulan II

- 350-450 gram/bulan pada triwulan III

- 250-350 gram/bulan pada triwulan IV

Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.

Tinggi badan (TB)

Rata-rata lahir normal 50 cm

Umur 1 tahun 1,5 x TB lahir

Umur 4 tahun 2 x TB lahir

Umur 6 tahun 1,5 x TB setahun

Umur 13 tahun 3 x TB lahir

Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)

Sedangkan untuk perkembangan anak, banyak “milestone” perkembangan anak yang penting, tetapi di bawah ini akan disajikan beberapa “milestone” pokok yang harus kita ketahui dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya:
Umur “Milestone” perkembangan
4-6 minggu Tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian
12-16 minggu - Menegakkan kepala, tengkurap sendiri

- Menoleh ke arah suara

- Memegang benda yang ditaruh di tangannya
20 minggu Meraih benda yang didekatkan kepadanya
26 minggu - Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

- Duduk, makan dengan bantuan kedua tangannya ke depan

- Makan biskuit sendiri
9-10 bulan - Menunjuk dengan jari telunjuk

- Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk

- Merangkak

- Bersuara da… da…
13 bulan - Berjalan tanpa bantuan

- Mengucapkan kata-kata tunggal

Dengan kita mengetahui berbagai “milestone” pokok ini, maka kita dapat mengetahui apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas normal.

Dengan mempelajari tumbuh kembang anak ini diharapkan kita dapat menjaga agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna.

Sumber:

1. Kliegman, Robert M., etc. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18’th Edition. United States of America: Elsevier.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto.
3. Soetjiningsih, dr. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
sumber http://pediatricinfo.wordpress.com/2009/05/20/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/

Identifikasi Gaya Belajar anak dengan kesulitan belajar

Identifikasi Gaya Belajar anak
Written by aabb
Wednesday, 09 September 2009

Identifikasi gaya belajar anak

Oleh : Ike R Sugianto, Psi



Sebagai orangtua atau guru sering kita frustrasi dalam mengajar anak. Tanpa disadari hal itu sebenarnya karena gaya belajar anak berbeda dengan gaya belajar orangtua atau gaya belajar guru. Sebagai orangtua / guru sering kita memaksakan gaya belajar kita pada anak, hal ini pasti akan menimbulkan konflik dan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan



Dengan mengenali gaya belajar anak maka :

1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan bagi anak.

2. Mengurangi konflik yang timbul sebagai akibat dari belajar.

3. Menimbulkan motivasi belajar.

Manusia menerima informasi dari dunia luar melalui panca-indera : penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Semua informasi ini diterima oleh otak kita, diolah dan disimpan, dan bila kita memerlukan maka dapat direcall kembali.

Secara umum kita mengenal 3 jenis gaya belajar ( Fleming Model ) :

· Tipe Visual

· Tipe Auditory

· Tipe Taktil-Kinestetik



TIPE VISUAL .

· Belajar melalui melihat

· Berpikir dalam bantuk gambar

· Memandang sikap tubuh & ekspresi wajah

· Senang duduk di depanCara belajar Visual :

· Catatan & hands-out

· Buku berilustrasi

· Baca sendiri

· Gunakan warna untuk pointers

· Gambar, table, peta, grafik dll.

· Belajar di tempat yang sepi

· Menghafal dengan asosiasi gambar

· Multi media

· Ide gambar & diagram



TIPE AUDITORY .

· Belajar melalui mendengar

· Memahami arti pembicaraan dengan mendengarkan nada bicara & nuansa pembicaraan lainnya.

· Senang berbicara panjang lebar.

Cara Belajar Auditory :

· Utamakan mendengar penjelasan guru

· Merekam lebih efektif

· Partisipasi dalam diskusi, berpidato & presentasi

· Membaca dengan bersuara , merangkai materi dengan musik

· Menghafal dengan mnemonics contoh: BaRang BayPass

· menghafal dengan bersuara, seperti tanya jawab atau berderita

· menulis dengan bersuara atau mendiktekan

TIPE TAKTIL-KINESTETIK .

· belajar melalui bergerak, praktek & menyentuh

· ikut praktek langsung & aktif mengeksplorasi lingkungan

· sulit untuk duduk diam

· perhatian mudah teralihkan

Cara belajar Taktil-kinestetik :

· sesi singkat dengan break

· aktivitas fisik selama menghafal atau belajar

· posisi berdiri, permen karet

· global ke detil

· baca dengan jari

· praktikum, bermain peran

· berbicara lambat, anggota tubuh bergerak

· ekstrakurikuler = aktivitas fisik
Last Updated ( Wednesday, 09 September 2009 )

sumber http://www.kesulitanbelajar.org

Jumat, 30 Oktober 2009

Identifikasi Anak Dengan Disleksia

Identifikasi Anak
Dengan Disleksia

Written by aabb
Tuesday, 21 April 2009

Identifikasi Anak
Dengan Disleksia
Oleh : Dra. Lucia RM Royanto,
MSi, MSpEd

Disleksia

Disleksia adalah kesulitan belajar spesifik berkaitan dengan penguasaan keterampilan dasar yaitu membaca, mengeja & menulis.

Disleksia dapat dijelaskan pada tingkat neurologis, kognitif & behavioral. Anak dengan disleksia memiliki ciri

· pemrosesan informasi yang tidak efisien,
· kesulitan dalam working memory,
· menyebutkan sesuatu secara cepat & otomisasi keterampilan dasar.
· Seringkali diikuti dengan kesulitan mengurutkan, organisasi & motorik (dalam Reid, 2003).

Di Amerika Serikat, 10% -15%anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca
(Harris & Sipay, 1990). Kesulitan ini merupakan penyebab kegagalan yang terbesar di
sekolah, karena anak dengan kesulitan membaca akan memiliki pandangan diri yang
negatif dan akan merasa kurang kompeten. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan masalah
perilaku dan kecemasan, yang tidak jarang kemudian diikuti dengan kurangnya motivasi(Mercer, 1997).

Penyebab disleksia

Penyebab disleksia dapat dibagi
menjadi tiga yaitu
· faktor biologis,
· faktor kognitif dan pemrosesan serta
· faktor perilaku.

Oleh karenanya, untuk mengidentifikasi anak disleksia perlu pemeriksaan menyeluruh
dari segi biologis, kognitif serta perilaku. Seorang dokter dapat membantu melihat ada tidaknya gangguan biologis yang menyertai, atau ada tidaknya gangguan neurologis.

Sedangkan pemeriksaan mendalam dilakukan untuk melihat ada tidaknya masalah dalam segi kognitif serta pemprosesan informasi (Reid,2001).

Membaca sendiri memiliki dua proses dasar yaitu
· proses decoding atau pengenalan kata dan
· proses pemahaman.
Dalam pengenalan kata, ada beberapa subketerampilan yang perlu dikuasai antara lain analisis fonetik, analisis struktural, kata-kata yang dikenal tanpa dikuasai
keterampilan fonetik (sight words), pengenalan kata melalui
pertanda serta penguasaan kosa kata. Sedangkan dalam proses pemahaman, seorang anak
dapat memahami dalam berbagai tingkat pemahaman yaitu tingkat literal, tingkat
penyimpulan, tingkat evaluasi serta tingkat apresiasi (Barrett,dalam Schloss, Smith & Schloss,1995).

Dalam melakukan asesmen, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada area :
1. kecepatan membaca,
2. ketepatan membaca,
3. pengenalan kata,
4. pemahaman membaca,
5. kosa kata dan
6. kemampuan mengeja
(Wong, 1996).

Untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah dalam membaca, dapat dilakukan oleh
beberapa orang antara lain guru, orangtua, dokter serta psikolog.

Guru dan orangtua dapat mengidentifikasi dari tes-tes formal serta observasi. Dari
observasi kegiatan sehari-hari misalnya, dapat dilihat :
· apakah anak bingung antara kiri dan kanan,
· sering melakukan kesalahan perhitungan,
· bingung pada arah,
· sering tersesat pada lingkungan baru,
· bingung apabila harus memperhatikan detil,
· tidak menyukai puzzles,maze atau aktivitas yang memiliki elemen visual,
· bingung pada huruf-huruf yang bentuknya mirip (b dan d, p dan q),
· sulit mengenali dan mengingat kata-kata yang dilihatnya (namun lebih
dapat mengingat kata-kata yang didengar),
· kehilangan jejak pada saat membaca,
· bingung dan sering terbalik dalam membaca kata- kata tertentu yang mirip
ubi dengan ibu),
· sulit menemukan huruf di dalam kata-kata dan suatu kata di dalam kalimat,
· sulit mengingat kata-kata yang dilihatnya,
· sulit memahami ide-ide utama dari bacaan.

Sedangkan dokter dapat membantu melihat apakah ada masalah neurologis yang menyebabkan kesulitan anak dalam membaca.

Seorang psikolog dapat menggunakan tes-tes psikometri untuk memastikan ada tidaknya
masalah dalam inteligensi serta kelebihan dan kekurangan anak dalam aspek-aspek inteligentifnya.

Tes-tes psikometri tertentu juga dapat membantu mengidentifikasi ada tidaknya masalah pemrosesan informasi, misalnya dari segi visual, auditif atau motorik. Selain itu penggunaan tes membaca yang formal serta informal juga dapat membantu melihat ada tidaknya masalah dalam membaca. Jadi, untuk membantu anak disleksia, perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh sehingga dapat ditentukan bagaimana potensi
anak secara keseluruhannya dan dimana kemampuan serta ketidakmampuannya.

Selain itu apakah ada masalah kesehatan atau fisik yang mungkin menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam membaca. Dengan pemeriksaan yang menyeluruh, maka intervensi yang dilakukan pun dapat menjadi lebih terfokus pada penyelesaian masalah spesifiknya.


Last Updated ( Wednesday, 05 August 2009 )
sumber http://www.kesulitanbelajar.org

Minggu, 25 Oktober 2009

Giffted

Anak Tidak Bisa Diam Ciri
Anak Berbakat?
Oleh: Dr. Kristiantini Dewi, SpA
-------------------------------------------------------------------------
Ibunda Ferdy merasa sudah
saatnya berkonsultasi ke dokter
mengenai perilaku buah hatinya
yang akhir-akhir ini
mengkhawatirkan.
Sudah 3 bulan Ferdy (5 tahun)
bersekolah di TK B, setelah
setahun sebelumnya bersekolah
di tempat lain untuk jenjang TK
A. Usulan pindah sekolah ini
sebetulnya diminta Ferdy,
karena sekolah yang baru ini
lebih banyak mainannya. Begitu
alasan bocah kecil ini.
Sebenarnya kalau boleh jujur,
sang Mama setuju-setuju saja,
karena guru di TK yang lama
pernah "angkat tangan"
menghadapi Ferdy yang tidak
bisa diam. Belum lagi hobinya
yang selalu bertanya tiada
habisnya.
Senang tantangan
Di sekolah yang baru, guru
mengeluhkan hal yang sama.
Malah keluhan gurunya lebih
spektakuler lagi, jika aktivitas
belajar seputar hal-hal yang
baru, Ferdy pasti semangat
sekali mengerjakannya. Apalagi
kalau kelihatannya hal baru
tersebut cukup menantang atau
cukup sulit. Ferdy bisa asyik
sendiri sampai lebih dari
setengah jam tanpa teralihkan
ke kegiatan lain.
Bocah enerjik ini sangat pandai
menggambar. Walaupun ia
cenderung tidak menuruti
aturan menggambar yang baku.
Ferdy selalu memiliki alasan
menarik atas semua hasil
pekerjaannya yang lain dari
teman-temannya itu.
Ferdy sering tampil bak
pahlawan, menolong teman-
temannya yang kesulitan.
Kadang terdengar komentarnya
menasihati temannya, bak
orang dewasa. Tapi, kalau
kegiatan yang diberikan guru
tidak menarik baginya atau
materi tersebut sudah pernah
diajarkan, maka ia tampak
uring-uringan, hilir mudik di
dalam kelas, tidak mau
mengerjakan instruksi guru,
atau malah melamun dan
kelihatan jenuh.
Setelah dilakukan penilaian dan
observasi perilaku yang cermat,
juga serangkaian psikotest,
tingkat kognisi (IQ) Ferdy sangat
jauh di atas rata-rata, yaitu 147.
Level IQ yang lebih dari 130
disebut juga dengan giftedness
atau anak berbakat.
Kapan Anak disebut Berbakat?
Anak berbakat adalah anak yang
menunjukkan kemampuan luar
biasa dalam bidang intelektual
(level IQ>130; Level IQ normal
adalah 90-110), kreatif, atau
berprestasi sangat istimewa di
bidang akademis tertentu,
biasanya disertai kemampuan
memimpin, atau berprestasi luar
biasa di bidang seni.
Sebanyak 3-5 persen dari
populasi anak di Amerika Serikat
merupakan anak berbakat.
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan seorang anak
menjadi anak berbakat yaitu;
faktor genetik
kemampuan memahami simbol-
simbol
adanya kesempatan untuk
mengembangkan bakat
dukungan orangtua untuk
mengembangkan bakat
adanya aktivitas yang
mengakomodasi bakatnya
pengaruh positif teman sebaya
serta lingkungannya terhadap
bakat yang dimilikinya.
Biasanya anak berbakat memiliki
kepribadian yang baik,
cenderung sensitif dan mudah
berempati. Mereka juga biasanya
sangat perfeksionis, sangat
akurat, sangat mengedepankan
logika, tekun dan gigih dalam
mengerjakan suatu “tugas”
yang menantang.
Mereka sangat bersemangat
mempelajari hal-hal baru,
namun mereka tidak begitu saja
menuruti instruksi atau aturan
yang diberikan. Mereka aktif
mempertanyakan alasan kenapa
peraturan tersebut
diberlakukan, atau kenapa
mereka harus mengerjakan
sesuatu hal, dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan lain
yang sering diajukan adalah
seputar hal yang bersifat
abstrak, misalnya mengenai
Tuhan, malaikat. Anak berbakat
menunjukkan kemampuan
berpikir kompleks dan memiliki
kemampuan “judgement”
moral yang lebih “advanced”
dibandingkan usianya. Misalnya,
Ferdy tidak suka keluarganya
main kartu di rumah, karena
menurutnya bermain kartu
sama dengan judi, dan ia tidak
suka rumahnya ada kegiatan
haram.
Anak berbakat juga sangat
kreatif, dan senang permainan
konstruktif atau menciptakan
sesuatu. Ketika bermain lego,
mereka bisa menghasilkan
berbagai model yang serupa
bentuk aslinya, misalnya robot-
robotan, jerapah, kereta api,
mobil, tanpa mencontoh pola.
Nah, kalau Ferdy tergolong anak
berbakat, mengapa orangtua
dan gurunya kewalahan?
Orangtua dan guru tidak
mengenali bakat anak berbakat.
Di mata mereka anak berbakat
malah sering tampak sebagai
anak yang tidak penurut,
semaunya sendiri, tidak bisa
diam, dan selalu harus terpenuhi
keinginannya.
Sebaiknya orangtua dan guru
mengakomodasi kemampuan
anak berbakat tanpa
mengganggu lingkungan
sosialnya. Guru memberikan
kesempatan untuk mengerjakan
permainan atau tugas yang
sama dengan teman-temannya,
tapi khusus untuk anak berbakat
berikan instruksi yang lebih
banyak dan lebih kompleks,
sesuai dengan kemampuannya.
Ajak berdialog mengenai hal-hal
yang bervariasi, tidak hanya
seputar kegiatan sekolah tapi
juga mengenai kehidupan
sehari-hari yang menarik yang
dapat dijelaskan secara logis,
misalnya membahas bagaimana
fenomena munculnya pelangi,
mengapa turun hujan, atau bisa
terjadi guntur, dan seterusnya.
Sesekali berikan kesempatan
anak berbakat membawa buku
ceritanya ke sekolah dan
menceritakannya di depan
teman-teman dan gurunya. Atau
perkenankan mereka menjadi
“asisten” Ibu guru jika ada
teman yang kesulitan
mengerjakan tugas.
Pola kegiatan yang berbeda
akan sangat menyenangkan
anak berbakat. Mereka tambah
semangat pergi ke sekolah,
bahkan sudah “sibuk”
menyiapkan barang-barang
yang akan dibawanya ke
sekolah, dan stop hilir mudik
atau bersikap bosan di dalam
kelas.
Kerjasama yang saling
mendukung antara sekolah dan
orangtua sangat mempengaruhi
sikap, kepribadian dan prestasi
anak berbakat di kemudian hari.
Referensi:
Giftedness. JM. Sattler.
Assessment of children,
behavioral and clinical
applications, Jerome M. Sattler,
Publisher, Inc, San Diego, 2002
Sumber: Sahabat NESTLE

Minggu, 11 Oktober 2009

DETEKSI DINI AUTIS

Deteksi Dini Autisme
DAFTAR DETEKSI DINI AUTISME
(M-CHAT : Modified Checklist for
Autism in Toddlers)
M-CHAT merupakan dftar (check
list) yang terdiri dari 23
pertanyaan yang
digunakan untuk memberikan
tanda-tanda dini anak-anak
autisme. M-CHAT dikembangkan
di Amerika dari CHAT yang
ditemukan dan digunakan di
Inggris. Autisme merupakan
gangguan perkembangan yang
sangat sulit
untuk dideteksi pada usia Balita.
Namun anak-anak balita yang
dapat dideteksi dini memiliki
peluang lebih besar untuk
membaik jika intervensi dini
diperkenalkan sebelum usia 5
tahun.
Pertanyaan dibawah ini
sebaiknya dijawab secara jujur
dan menyeluruh, sesuai dengan
kecenderungan yang dilakukan
anak
sehari-hari.
1. Apakah anak anda menyukai
diayun, ditimang ? (Y/T)
2. Apakah anak anda memiliki rasa
tertarik pada anak-anak lain ?
(Y/T)
3. Apakah anak anda menyukai
memanjat, misalnya
tangga ? (Y/T)
4. Apakah anak anda menyukai
permainan ciluk ba ? (Y/T)
5. Apakah anak anda pernah
bermain \\\\\\\"sandiwara\\\\\
\\", misalnya : Pura-pura bicara
di telpon ? Menjadi tokoh
tertentu ? Bicara pada boneka ?
(Y/T)
6. Apakah anak anda pernah
menggunakan telunjuk untuk
meminta sesuatu ? (Y/T)
7. Apakah anak anda pernah
menggunakan telunjuk
menunjukkan rasa tertariknya
pada sesuatu ? (Y/T)
8. Dapatkah anak anda bermain
dengan mainan kecil (mobil-
mobilan/balok) dengan
sewajarnya tanpa hanya
memasukkannya ke dalam
mulut, kutak kutik atau
menjatuhkannya saja ? (Y/T)
9. Apakah anak anda pernah
membawa obyek/benda dan
diperlihatkan pada anda ? (Y/T)
0. Apakah anak anda melihat pada
mata anda lebih dari 1 atau 2
detik ? (Y/T)
1. Apakah anak anda sangat
sensitif terhadap bunyi ? (Y/T)
2. Apakah anak anda tersenyum
pada wajah anda atau
senyuman anda ? (Y/T)
3. Apakah anak anda meniru
anda ? (Misalnya bila anda
membuat raut wajah tertentu,
anak anda menirunya ?) (Y/T)
4. Apakah anak anda memberi
reaksi bila namanya dipanggil ?
(Y/T)
5. Bila anda menunjuk pada
sebuah mainan di sisi lain
ruangan, apakah anak anda
melihat pada mainan tersebut ?
(Y/T)
6. Apakah anak anda dapat
berjalan ? (Y/T)
7. Apakah anak anda juga melihat
pada benda yang anda lihat ?
(Y/T)
8. Apakah anak anda membuat
gerakan-gerakan jari yang tidak
wajar di sekitar wajahnya ? (Y/
T)
9. Apakah anak anda mencoba
mencari perhatian anda untuk
kegiatan yang sedang
dilakukannya ? (Y/T)
0. Apakah anda pernah berpikir
bahwa anak anda tuli ? (Y/T)
1. Apakah anak anda mengerti apa
yang dikatakan orang lain ? (Y/
T)
2. Apakah anak anda terkadang
menatap dengan tatapan
kosong atau mondar-mandir
tanpa tujuan ? (Y/T)
3. Apakah anak anda melihat pada
wajah anda untuk melihat reaksi
anda ketika ia dihadapkan pada
situasi yang asing atau tidak ia
mengerti ? (Y/T)
KETERANGAN
Seorang anak berpeluang
menyandang autis jika : - 3 atau
lebih dari pertanyaan M-CHAT
dijawab TIDAK atau- minimal 2
dari pertanyaan yang dicetak
tebal dijawab TIDAK
Tidak semua anak berpeluang
menyandang autis memenuhi
kriteria spektrum autis.Daftar ini
digunakan agar orang tua dan
dokter anak waspada untuk
segera mengirim anak yang
berpeluang autis kepada dokter
ahli yang tercantum pada daftar
di bawah ini :
Jakarta - Dr. Melly Budhiman,
0812-1301456
(mellybudhiman@yahoo.com)
Surabaya - dr. Sasanti Yuniar,
0815-4567313
(sasanti@yahoo.com)
Sumber : Robins D., Fein, D.,
Barton M. & Green J (2001). The
Modified Checklist for Autism in
Toddlers. Journal of Autism and
Developmental Disorders, 21
(2), 131 - 144